March 18, 2012

Definisi dan Pengertian Tanah


Definisi dan pengertian dari Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.

Istilah tubuh alam bebas adalah hasil pelapukan batuan yang menduduki sebagian besar daratan permukaan bumi, dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan tanaman, serta menjadi tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya.
Menurut pandangan dan pengertian yang diberikan oleh para ahli tanah adalah sebagai berikut :
  1. Tanah adalah bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, yang mempunyai sifat tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh berbagai faktor yang membentuknya di alam.
  2. Tanah adalah sarana produksi tanaman yang mampu menghasilkan berbagai tanaman.
Seorang Pedolog, melihat tanah sebagai lapisan kulit bumi yang lunak dan gembur yang berasal dari batuan induk. Tanah mempunyai lapisan-lapisan yang berbeda warna sampai ke dalam terdapat bagian keras yang sulit ditembus disebut batuan induk.
Tanah mempunyai beberapa sifat yang menentukan kualitas tanah seperti sifat biologi, sifat fisik dan sifat kimia. Tanah bagian paling atas sering disebut top soil, selanjutnya ada lapisan-lapisan dibawahnya sehingga terbentuk profil tanah.



PROFIL TANAH





Profil tanah merupakan kumpulan berbagai macam lapisan tanah. Horison-horison tanah diberi tanda dengan huruf, dari lapisan atas sampai dibawah dengan huruf : O, A, B, C dan R. Horison O adalah profil tanah bagian atas yang terdiri dari seresah tanah atau bahan organik tanah yang masih segar, lapisan ini merupakan guguran dari daun-daun dan ranting pohon yang menutupi lapisan atas tanah. Bagian horison O merupakan horison "Organik" yang terdiri dari beberapa lapisan L = litter, F = Fermentation, dan H = Humus.
Horison A merupakan hasil pelapukan dari horison O, disini terjadi pelarutan unsur-unsur hara dan senyawa lain yang dibawa air infiltrasi ke lapisan dibawahnya. Terjadi proses leaching yaitu proses pencucian unsur hara oleh air.
Horison B merupakan horison yang miskin bahan organik. Kegiatan mikrobia hampir tidak ada, lebih padat dan warnannya lebih merah. Sebagai horison akumulasi unsur-unsur hara dan senyawa-senyawa horison pencucian yang tercuci.
Horison C adalah horison yang terdiri dari bahan induk tanah, merupakan batuan yang sebagian sudah mengalami pelapukan.
Bagian terakhir adalah R atau Rock merupakan batu-batuan lapisan keras yang sulit untuk ditembus.








MANFAAT TANAH
Manfaat tanah dalam kehidupan bukan saja untuk manusia tetapi juga mahluk hidup yang lain seperti hewan dan tumbuhan. Berbagai sudut pandang dari manfaat tanah tergantung kepentingan orang yang memanfaatkannya.
Untuk seorang petani tradisional memanfaatkan tanah sebagai lingkungan tempat tinggal dan sebagai sumber penghidupan, karena dengan demikian petani tersebut dapat menanam serta memungut hasilnya sebagai bahan makanan maupun bahan dagang. Hasil ini bisa dimanfaatkan sendiri sebagai pola hidup subsisten ataupun dijual untuk memenuhi kepentingan yang lain.
Pengusaha batu merah, genting dan keramik memanfaatkan tanah sebagai bahan baku produksi untuk pengembangan usaha, terutama tanah liat yang dimanfaatkan untuk menghasilkan barang-barang produksi dalam mendatangkan keuntungan.
Ahli Pertanian memandang tanah sebagai benda yang lunak menempati kulit bumi bagian atas yang terdiri dari bahan organik dan anorganik sebagai media pertumbuhan tanaman.
Bagi yang tidak tahu menahu tentang tanah menganggap tanah sebagai benda yang kotor karena becek (nggak ada ojek) dan dapat melekat pada apa saja.
Para ahli pedologi mempelajari asal dan perkembangan tanah dan faktor-faktor serta proses pembentukan tanah yang memenuhi sebagian besar kebutuhan tanamannya.


PENGERTIAN TEKSTUR TANAH
Pengertian tentang tekstur tanah adalah banyaknya setiap bagian tanah menurut ukuran partikel-partikelnya ditentukan oleh besarnya butiran tanah. Sehingga pengertian dan definisinya adalah perbandingan antara banyaknya liat, lempung dan pasir yang terkandung dalam tanah.

Badan Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm.

Maka dapat terjadi bahwa pada suatu tanah, butiran pasir merupakan penyusun yang dominan, pada kasus lain liat merupakan penyusun tanah yang terbesar. Sebaliknya pada tempat lain, kandungan pasir, liat dan lempung terdapat sama banyaknya.
Perbandingan tersebut akan mudah terlihat pada grafik segitiga.
Setiap kaki segitiga menggambarkan suatu fraksi ukuran butir-butir tanah :
  • Pasir berukuran 2 mm - 20 mµ
  • Lempung berukuran 20 mµ - 2 mµ
  • Liat kurang dari 2 mµ.
Sesuai dengan klasifikasi USDA (The United States Department of Agriculture) butiran atau partikel tanah dikelompokan dalam :
  • Sand : > 0.05 mm
  • Silt : 0.002 - 0.05 mm
  • Clay: < 0.002 mm

Name of soil separate
Diameter limits (mm) (USDA classification)
Clay
less than 0.002
Silt
0.002–0.05
Very fine sand
0.05–0.10
Fine sand
0.10–0.25
Medium sand
0.25–0.50
Coarse sand
0.50–1.00
Very coarse sand
1.00–2.00

Menurut tempatnya dalam segitiga ini dapat dibaca teksturnya. Maka tekstur berarti perbandingan antara banyaknya liat, lempung dan pasir, yang dalam garis besarnya lebih dari :
  • 30% liat adalah tanah liat
  • 35% lempung adalah tanah lempung
  • 60% pasir adalah tanah pasir.
Dari ketiga bagian liat, lempung dan pasir jika hanya satu bagian saja belum dapat mencerminkan jenis tanah. Lazimnya disebut dua bagian tanah yang terpenting. misalnya : tekstur liat berpasir, pasir berlempung dan seterusnya. dimana bagian yang terbanyak disebut lebih dahulu.
Pada segitiga tidak menyebutkan kandungan pasir dan bahan organik, walaupun kapur dan bahan organik sangat ikut menentukan sifat-sifat tanah. Jika kandungan ini besar maka perlu disebut juga, misalnya tanah mengandung 20% liat dan 10-30% kapur; selanjutnya disebut tanah liat berkapur.
Bila setiap bagian merupakan perbandingan yang merata, disebut tanah yang baik. Umpamanya saja mengandung 50-70% pasir (halus dan kasar), 10-15% lempung, 5-10% liat, 1-5% kapur, 3-5% bahan organik.
Tekstur tanah merupakan dasar dari kebanyakan sifat-sifat tanah. Susunan menurut besarnya butir-butir suatu jenis tanah biasanya dilihat pada grafik segitiga. Menurut besarnya tersusun dari butir-butir pasir 60%, lempung 15% dan liat 25%.
Perlu diketahui : bahwa ada perbedaan penyebutan nama dan istilah dari partikel tekstur tanah dalam bahasa Indonesia. Misalnya Istilah untuk "Loam" artinya Geluh dipergunakan oleh UGM dan Lempung dipergunakan oleh IPB, sedangkan untuk istilah "Clay" artinya Lempung dipergunakan UGM dan Liat dipergunakan oleh IPB.

STRUKTUR TANAH
Definisi dan Pengertian dari Struktur tanah adalah susunan agregat primer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu dibatasi oleh beberapa bidang. Struktur tanah terbentuk karena penggabungan butir-butir primer tanah oleh pengikat koloid tanah menjadi agregrat primer. Sekelompok tanah terdiri dari gumpalan-gumpalan kecil beraneka bentuk yang disebut agregat sekunder tanah. Bagian-bagian ini terbentuk dari penggabungan butir-butir lebih kecil yang disebut agregat primer.
Agregat primer tersusun dari butir-butir mineral atau pecahan batuan berbagai bentuk dan ukuran yang diselaputi oleh senyawa-senyawa hasil pelapukan. Senyawa hasil pelapukan mineral dan pecahan batuan terdiri dari koloid tanah, senyawa kapur, senyawa besi dan almunium yang bertindak sebagai perekat yang menggabungkan agregat-agregat primer.
Penggabungan agregat primer menjadi bentukan yang masing-masing bentukan tersebut dibatasi oleh bidang-bidang permukaan tertentu. Agregat primer sering disebut struktur mikro, sedangkan agregat sekunder yang merupakan struktur lapisan olah disebut struktur makro.
Struktur tanah yang baik adalah mengandung udara dan air dalam jumlah cukup dan seimbang serta mantap. Struktur seperti ini hanya terdapat pada ruang pori-pori besar dengan perbandingan yang sama antara pori-pori makro dan mikro serta tahan terhadap kekuatan tetesan air hujan. Selain itu struktur yang baik mempunyai perbandingan antara padatan, air dan udara yang sama.
Lapisan tanah pertanian umumnya mempunyai tiga bentuk struktur yang berbeda:
  • Struktur Gumpal
Struktur ini biasanya terdapat pada tanah liat. Gumpalan tanah biasanya lebih besar daripada struktur lain, dan terdapat lebih banyak pori-pori mikro yang terisi oleh air daripada pori-pori makro sehingga tata udaranya kurang baik. Struktur ini biasanya mudah larut karena air hujan.
  • Struktur Remah
Struktur ini adalah gumpalan yang lebih kecil. Pada struktur remah terdapat pori-pori makro non-kapiler yang tidak terisi air melainkan oleh udara. Ruang pori-pori mikro bersifat kapiler yang dapat menahan air dan tidak merembesa ke bawah. Mudah larutnya struktur remah oleh air hujan tergantung dari sifat bahan perekat yang membentuknya. Adanya bahan organik cenderung membentuk struktur remah yang stabil dan mantap. Pada struktur remah terdapat keseimbangan yang baik antara udara dan air tanah sebagai medium larutnya unsur hara tanaman. Struktur rermah merupakan struktur yang sangat baik untuk tanaman.
  • Struktur Butir
Sebenarnya struktur ini bukan merupakan struktur melainkan campuran butir-butir primer yang kasar tanpa adanya bahan pengikat agregat. Struktur ini terdapat pada tanah-tanah pasir, pasir berlempung, atau pasir berdebu. Porositas tanahnya tinggi kaya pori-pori makro dan mudah merembeskan air menyebabkan tanah mudah mengering.

PROSES PEMBENTUKAN TANAH


Proses pembentukan tanah adalah perubahan dari bahan induk menjadi lapisan tanah. Perkembangan tanah dari bahan induk yang padat menjadi bahan induk yang agar lunak, selanjutnya berangsur-angsur menjadi tanah pada lapisan bawah (subsoil) dan lapisan tanah bagian atas (topsoil), dalam jangka waktu lama sampai ratusan tahun hingga ribuan tahun. Perubahan-perubahan dari batuan induk sampai menjadi tanah karena batuan induk mengalami proses pelapukan, yaitu proses penghancuran karena iklim.
Tahap pertama dari proses pembentukan tanah adalah proses pelapukan. Proses ini terjadi penghancuran dan pelembutan dari bahan induk tanpa perubahan susunan kimianya. Pelapukan dipengaruhi oleh faktor iklim yang bersifat merusak. Faktor-faktor iklim yang turut menentukan adalah sinar matahari, perbedaan temperatur antara siang dan malam, keadaan musim kemarau dan musim penghujan.
Pada awalnya batuan pecah dalam bentuk pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral penyusunnya. Selanjutnya oleh adanya air, asam dan senyawa-senyawa yang larut dalam air, pecahan-pecahan bantuan dan mineral ini menjadi lunak dan terurai ke dalam unsur-unsur penyusunnya. Dari bahan-bahan sisa penguraian dan senyawa kembali membentuk mineral-mineral baru.
Pelapukan digolongkan dalam tiga bentuk :
  1. Pelapukan fisik
  2. Pelapukan kimia
  3. Pelapukan biologis
Pelapukan fisik sering disebut juga alterasi yakni proses pemecahan dan pelembutan batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan tidak ada pembentukan mineral baru.
Pelapukan kimia adalah proses pelapukan dan penguraian pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral ke dalam unsur-unsur penyusunnya yang biasa disertai dengan pembentukan mineral-mineral baru.
Pelapukan biologis adalah pelapukan yang disebabkan kegiatan tanaman dan hewan, baik yang tingkat tinggi maupun yang tingkat rendah. Dalam proses pemecahan batuan induk menjadi tanah terjadi aktivitas hidup organisme. Bakteri autotrof dan lumut-lumut pada waktu mati menjadi bahan organik bagi kehidupan organisme yang lain. Tumbuhan tingkat tinggi berperan dengan aktivitas akar-akarnya masuk dicelah-celah retakan batuan dan seterusnya.



POROSITAS TANAH

Definisi dan Pengertian dari Porositas Tanah adalah ruang volume seluruh pori-pori makro dan mikro dalam tanah yang dinyatakan dalam persentase volume tanah di lapangan. Dengan kata lain porositas tanah adalah bagian dari volume tanah yang tidak ditempati oleh padatan tanah.

Porositas tanah ada karena bentuk dan ukuran agregat tanah yang tidak dapat saling merapa merupakan dasar dari pori-pori tanah. Merupakan ruang antara agregat yang satu dengan yang lain disebut pori-pori mikro dan makro tanah.
Menurut ukuran pori-pori dapat dibedakan sebagai berikut :
  • Makro porositas yang dibentuk oleh rongga-rongga besar yang dalam keadaan normal terisi udara. Bila tanah terisi air sampai terlalu basah maka tanaman akan mati lemas atau tumbuhnya menjadi kerdil.
  • Mikro porositas yang merupakan rongga-rongga paling halus yang biasanya terisi air kapiler.
Tanah pasir mempunyai porositas kurang dari 50%, dengan jumlah pori-pori makro lebih besar dari pada pori-pori mikro, bersifat mudah merembes air dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar. Sebaliknya berliat mempunyai porositas lebih dari 50%.
Jumlah pori-pori mikro lebih besar dan bersifat mundah menangkap air hujan, tetapi sulit merembeskan air dan gerakan udara lebih terbatas. Untuk pertumbuhan tanaman menghendaki keseimbangan antara porositas makro dan mikro. Pada tanah yang baik mikro porositas 60% dari pada seluruh porositas. Porositas sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, dan pengolahan tanah.

Kemasaman Tanah (pH Tanah)



pH tanah atau kemasaman tanah atau reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H +) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain terdapat juga ion hidroksida (OH-), yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya ion H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibandingakan dengan jumlah ion OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari ion H+. Jika ion H+ dan ion OH- sama banyak di dalam tanah atau seimbang, maka tanah bereaksi netral.


Pentingnya pH tanah untuk diketahui, yaitu untuk :
  • Menentukan mudah tidaknya unsur hara mudah diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH netral tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut di dalam air. Sebagai contoh pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap oleh tanaman karena diikat oleh unsur Al, sedangkan pada tanah alkalis unsur   P juga tidak dapat diserap oleh tanaman karena diikat oleh unsur Ca.
  • Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun
  • Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.

Lengas Tanah

Lengas tanah atau kelembaban tanah merupakan air yang terikat secara adsorbtif pada permukaan butir-butir tanah. Menurut Daniel et al. (1979) penyerapan air oleh perakaran tergantung pada persediaan kelembaban air dalam tanah. Kapasitas simpanan tanah tergantung pada tekstur, kedalaman dan struktur tanah. Ketersediaan lengas tanah tergantung pada potensial air, distribusi akar dan suhu.
Lengas tanah tersedia bagi akar dalam dua cara, yaitu : akar tumbuh ke dalam tanah atau lengas bergerak ke akar.  Aktivitas akar tidak diketahui dengan baik karena seluruh informasi terbenam dalam tanah dan sangat sedikit usaha untuk menggalinya kecuali untuk mengukur panjang, kedalaman dan volume tanah yang ditempati (Daniel et al., 1979).

Selanjutnya menurut Daniel et al. (1979), untuk pohon, ada dua periode umum pertumbuhan akar, di musim semi dan di musim gugur, dengan beberapa pertumbuhan di musim panas dan musim dingin. Jika pertumbuhan akar lambat di musim panas ketika kebutuhan lengas tertinggi, gerakan air ke akar harus merupakan faktor dalam   menyediakan kebutuhan pohon.

Tekstur dan Struktur Tanah

anah terdiri dari butir-butir tanah dari berbagai ukuran. Bahan tanah yang berukuran lebih dari 2 m disebut bahan kasar yaitu kerikil sampai batu, sedangkan bahan-bahan tanah yang lebih halus dapat dibedakan menjadi: Pasir dengan ukuran 2mm - 50µ, debu dengan ukuran 50µ- 2µ dan lempung dengan ukuran kurang dari 2µ. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan lempung.

Tekstur tanah berkaitan dengan kemampuan tanah untuk menahan air dan juga reaksi kimia tanah. Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit untuk menahan air maupun unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur lempung mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi.


Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah yang bertekstur kasar. Tanah-tanah yang bertekstur halus mempunyai kemampun menyimpan air dan hara makanan bagi tanaman.

  Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan lempung terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda.  Tanah yang dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain (disebut lepas, misalnya tanah pasir) atau yang saling melekat menjadi satu satuan yang padu (kompak) dan disebut massive atau pejal ( Hardjowigeno, 1987).

Selanjutnya menurut Hardjowigeno (1987), tanah yang berstruktur baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk, di samping itu tanah tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan.

Jenis Tanah


Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena perbedaan jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat  dari tanah tersebut. Untuk memahami hubungan antara jenis tanah, diperlukan pengetahuan yang mampu mngelompokkan tanah secara sistematik sehingga dikenal banyak sekali sistem klasifikasi yang berkembang. Untuk mempelajari hubungan antar jenis tanah maka sistem klasifikasi tanah dibagi menjadi sistem klasifikasi alami dan sistem klasifikasi teknis (Sutanto, 2005).

Klasifikasi alami yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya. Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing kelas dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan bagi berbagai penggunaan tanah.

Klasifikasi teknis yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk menanam tanaman semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang  mempengaruhi pertumbuhan tanaman semusim seperti kelerengan, tekstur, pH dan lain-lain. Dalam praktiknya untuk mempelajari jenis tanah maka sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem klasifikasi alami.
   

Pada awalnya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :
  • Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi,
  • Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal terutama bahan induk dan relief,
  • Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah.
Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah (taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan dan sejak tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses genesis. Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi tanah dibedakan atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family dan seri. Pada edisi Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Keduabelas ordo tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols.
  1. Alfisols. Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan planosols.
  2. Andisols. Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.
  3. Aridisol.  Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim kelengasan tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah).
  4. Entisols. Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol dn tanah glei humus rendah.
  5. Gelisols. Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di Indonesia
  6. Histosols. Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis 40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah bog dan tanah gambut.
  7. Inceptisols. Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei humik dan glei humik rendah.
  8. Mollisols. Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah rendzina.
  9. Oxisols. Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah laterik.
  10. Spodosols. Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.
  11. Ultisols. Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (<35%) yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut dibentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.
  12. Vertisols. Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah grumosol.
Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols, Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia (Sutanto, 2005).

Pengertian Unsur Hara

Tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman. Berbeda dengan manusia yang menggunakan bahan organik, tanaman menggunakan bahan anorganik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya.
Dengan fotosintesis, tanaman mengumpulkan karbon yang ada di atmosfir yang kadarnya sangat rendah, ditambah air yang diubah menjadi bahan organik oleh klorofil dengan bantuan sinar matahari. Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman dinamakan hara tanaman. Mekanisme perubahan unsur hara menjadi senyawa organik atau energi disebut metabolsime.
Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali. Disamping itu umumnya tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu unsur hara akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan.

Unsur hara yang diperlukan tanaman adalah Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Seng (Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor (Cl), Natrium (Na), Kobal (Co), dan Silikon (Si). Unsur Na, Si, dan Co dianggap bukan unsur hara essensial, tetapi hampir selalu terdapat dalam tanaman. Misalnya, unsur Na pada tanaman di tanah garaman yang kadarnya relatif tinggi dan sering melebihi kadar P (Fosfor). Silikon (Si) pada tanaman padi dianggap penting walaupun tidak diperlukan dalam proses metabolsime tanaman. Jika tanaman padi mengandung Si yang cukup, maka tanaman tersebut lebih segar dan tidak mudah roboh diterpa angin sehingga seakan-akan Si meningkatkan produksi tanaman.

 

Jumlah Kebutuhan Unsur Hara



Berdasarkan jumlah yang diperlukan tanaman, Unsur hara dibagi menjadi dua golongan, yakni unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak (konsentrasi 1000 mg/kg bahan kering). Unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah sedikit (konsentrasi kurang dari atau sama dengan 100 mg/kg bahan kering).
Unsur hara makro dibutuhkan tanaman dan terdapat dalam jumlah yang lebih besar, dibandingkan dengan unsur hara mikro. Davidescu (1988) mengusulkan bahwa batas perbedaan unsur hara makro dan mikro adalah 0,02 % dan bila kurang disebut unsur hara mikro. Ada juga unsur hara yang tidak mempunyai fungsi pada tanaman, tetapi kadarnya cukup tinggi dalam tanaman dan tanaman yang hidup pada suatu tanah tertentu selalu mengandung unsur hara tersebut misalnya unsur hara Al (Almunium), Ni (Nikel) dan Fe (Besi). Unsur hara C diperlukan dalam jumlah 43,6%, O sebanyak 44,4% dan H sebanyak 6,2%.

Berdasarkan sumber penyerapannya, unsur hara dipilahkan menjadi dua, yakni unsur hara yang diserap dari udara dan unsur hara yang diserap dari tanah.
  • Diserap dari Udara
Unsur hara yang diserap dari udara adalah C, O, dan S, yaitu berasal dari CO2, O2, dan SO2, Penyerapan N baik dari udara maupun dari tanah diasimilasikan dalam proses reduksi dan aminasi. Nitrogen (N) udara diserap dari N2 bebas lewat bakteri bintil akar dan NH3 diserap lewat stomata tanaman.
  •  Diserap dari tanah
Penyerapan unsur hara dilakukan oleh akar tanaman dan diambil dari kompleks jerapan tanah ataupun dari larutan tanah berupa kation dan anion. Adapula yang dapat diserap dalam bentuk khelat yaitu ikatan kation logam dengan senyawa organik. Dewasa ini kebanyakan unsur hara mikro diberikan lewat daun.

Pergerakan Unsur Hara
Dari Larutan Tanah Ke Akar

Ada 3 cara pergerakan unsur hara dari larutan tanah ke akar, yaitu :
1. Intersepsi (Penyerapan) Akar
2. Aliran Massa (mass flow)
3. Difusi
Intersepsi Akar : Pada waktu akar tanaman tumbuh, maka akar memasuki ruangan yang ditempati oleh unsur hara dan terjadi kontak yang sangat dekat sehingga terjadi pertukaran ion pada permukaan akar dan permukaan kompleks adsorpsi.

Aliran Massa : Gerakan/aliran air bersama dengan elektrolit terlarut melalui tanah. Gerakan masal ini terjadi karena adanya perbedaan potensial karena hujan, pengairan, atau serapan air oleh akar.
Difusi : Difusi gerakan ion yang terjadi karena adanya gradien  difusi/adanya perbedaan kegiatan ion. Pertukaran kontak dan aliran massa merupakan mekanisme penyumbang populasi ion didaerah perakaran mekanisme difusi adalah untuk ion H2PO4- dan K+
Aliran massa (massflow) dan diffusi merupakan dua proses yang menyebarkan bahan terlarut dalam profil tanah seperti pupuk dan pestisida. Kata diffusi berarti suatu penyebaran yang disebabkan oleh pergerakan panas secara acak, sebagai gerak Brown dari partikel koloid (Wild, 1981). Dalam hal ini perpindahan terjadi oleh adanya perbedaan konsentrasi larutan pada dua tempat yang berjarak tertentu dimana pergerakan terjadi dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah. Aliran massa atau aliran konveksi berbeda dengan difusi kerena pergerakannya terjadi oleh adanya perpindahan air atau gas (Hillel, 1980).

Proses aliran massa dan difusi terjadi oleh sifat-sifat fisika yang berbeda dan arah geraknya berbeda. Aliran massa suatu zat dalam larutan tanah akan bergerak dari daerah yang berair ke daerah yang kering. Sedangkan difusi justru berlawanan, yaitu dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah (daerah yang banyak air). Walaupun prosesnya berbeda tetapi di dalam tanah berlangsung secara simultan atau bersama-sama (Wild, 1981).
Kedua proses pergerakan, baik difusi maupun aliran massa, sangat penting dalam memindahkan unsur hara dari suatu tempat ke dekat permukaan akar, agar dapat diserap oleh akar tanaman. Hal ini terjadi bagi unsur hara P, K, Ca, Mg, S dan sebagainya; tetapi bagi unsur hara N, terutama NO3- , justru pergerakan tersebut bukan saja berperan memindahkan ke dekat akar tetapi dalam pengangkutan yang menjauhi akar atau biasa dikenal sebagai tercuci/terlindi (Nkrumah, Griffith, Ahmad dan Gumbs, 1989).

Pergerakan Hara di dalam Tubuh Tanaman (Penyerapan Unsur Hara)



Bentuk akar yang bulat panjang seperti benang ternyata paling penting bagi penyerapan air dan unsur hara yang terlarut dalam larutan tanah. Selain akar yang berbentuk benang, Rambut Akar juga ikut menyerap ion dan air. Pergerakan air dan unsur hara yang terlarut di dalamnya ke bagian muda akar berhubungan dengan lintasan Apoplas dan Simplas.
Lintasan apoplas terutama mengikutsertakan difusi dan aliran masa air dari sel ke sel melalui ruang di antara polisakarida dinding sel. Diyakini bahwa lintasan apoplas selalu berlanjut dari rambut akar atau sel epidermis lain ke endodermis. Pita Caspary endodermis yang kedap air memaksa semua bahan masuk ke sel endodermis melintasi membrane plasma. Artinya bahwa membrane plasma sel endodermis merupakan batas akhir bagi akar untuk mengendalikan masuknya unsur hara terlarut.         

Lintasan simplas dari sel rambut akar ke endodermis dan melintas sepanjang endodermis itu ke sel xylem mati yang tak bermembran plasma. Tapi, akar sebagian besar angiosperma memiliki pita Caspary lain di hypodermis, yang disebut eksodermis. Pita ini berkembang dan menjadi dewasa di daerah yang lebih jauh dari ujung akar (sampai 12 cm), tidak seperti pita serupa di endodermis, sehingga pita itu terletak di daerah akar primer yang agak tua, tapi yang belum kehilangan sel luarnya. Eksodermis ini membatasi pergerakan zat warna dan ion sulfat menuju korteks, sehingga keberadaannya merupakan titik kendali penting yang mendorong zat terlarut luar terserap oleh membran plasma tertentu di sel eksodermis. Setelah berada di dalam sitosol eksodermis, ion dapat bergerak menuju xylem dari sel ke sel melalui lintasan simplas.
Ion yang diserap oleh sel epidermis dan bergerak menuju xylem melalui jalur simplas haruslah menembus epidermis, eksodermis, beberapa sel korteks, endodermis dan akhirnya perisiklus. Tiap pergerakan dari sel hidup yang satu ke sel yang lain dapat meliputi pengangkutan langsung yang menembus kedua dinding primer, lamela tengah diantaranya, serta kedua membram plasma dari sel yang berdampingan. Atau ion dapat bergerak melalui plasmodesmata berbentuk tabung yang menembus dinding sel yang bersebelahan dan lamela tengah di antaranya pada hampir semua sel tumbuhan hidup.

Metode untuk Mengetahui
Status Hara Tanaman


  1. Analisis Abu/Unsur dalam Bahan Kering Tumbuhan. Bagian tumbuhan yang baru dipanen dipanaskan dengan suhu 1000C selama 1 atau 2 hari, maka seluruh air  dalam bagian tumbuhan tersebut akan menguap. Bahan kering yang tinggal adalah Polisakarida dan Lignin di dinding sel; dan Protein, Lipid, asam Amino, asam organic dan ion kalium di sitoplasma. Setelah itu dimasukkan ke tungku dengan suhu 6000C selama beberapa jam sampai yang tinggal adalah Abu berwarna keputihan. Abu ini adalah zat anorganik sebanyak 1% dari berat kering tumbuhan, namun Nitrogen sudah menguap ketika dipanaskan dalam tungku tadi. Lalu abunya dianalisis ternyata mengandung kira-kira 60 unsur hara.
  2. Penanaman di : a. Air (hidroponik/biakan larutan, seperti larutan Sach, Knop Tottingham, dll). Caranya :  1. Stek ditanam dalam botol Erlenmeyer yang diisi larutan. 2. Stek ke-2 dimasukkan dalam botol Erlenmeyer lain yang diisi air. 3. Kemudian hasil pertumbuhan ke-2nya dibandingkan. b. Pasir (prosesnya sama dengan pada air, namun air diganti dengan pasir).
  3. Uji Cepat tanaman (Uji cepat Nitrogen, Fosfor dan Kalium)


Unsur Hara Nitrogen (N)

Nitrogen merupakan elemen hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Sumber utama Nitrogen di dalam tanah yaitu bahan organik tanah. Selain dari bahan organik tanah Nitrogen juga diperoleh dari gas N2 di atmosfer melalui penambatan atau fiksasi Nitrogen. Penambatan alami disebabkan oleh jasad-jasad renik (terutama bakteri dalam tanah dan alga di air) dan gejala atmosfer tertentu, termasuk kilat.

Bentuk Nitrogen yang dapat digunakan oleh tanaman adalah ion nitrat (NO3-) dan ion amonium (NH4+). Ion-ion ini kemudian membentuk material kompleks seperti asam-asam amino dan asam-asam nukleat yang dapat langsung diserap dan digunakan oleh tanaman tingkat tinggi. Menurut Mengel dan Kirby (1987) dalam Rosmarkam dan Yuwono (2002) pada pH tanah yang rendah ion nitrat lebih cepat diserap oleh tanaman dibandingkan ion amonium, pada pH tanah yang tinggi ion Amonium diserap oleh tanaman lebih cepat dibandingkan ion nitrat dan pada pH netral kemungkinan penyerapan keduanya berlangsung seimbang.
            Fungsi Nitrogen bagi pertumbuhan tanaman adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau. Selain itu Nitrogen berfungsi dalam pembentukan protein.

Unsur Hara Fosfor (P)



Fosfor (P) merupakan unsur hara yang diperlukan  dalam jumlah besar (hara makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan Nitrogen dan Kalium. Tetapi fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan (Key of life). Unsur Fosfor di tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral-mineral di dalam tanah (apatit).

Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion ortofosfat (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (HPO4=). Menurut Tisdale (1985) dalam Rosmarkam dan Yuwono (2002) unsur P masih dapat diserap dalam bentuk lain, yaitu bentuk pirofosfat dan metafosfat, bahkan menurut Thomson (1982) dalam Rosmarkam dan Yuwono (2002) bahwa kemungkinan unsur P diserap dalam bentuk senyawa oraganik yang larut dalam air, misalnya asam nukleat dan phitin.
Fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk ion anorganik cepat berubah menjadi senyawa fosfor organik. Fosfor ini mobil atau mudah bergerak antar jaringan tanaman. Kadar optimal fosfor dalam tanaman pada saat pertumbuhan vegetatif adalah 0.3% - 0.5% dari berat kering tanaman.
           


Fungsi fosfor adalah untuk pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan bunga, buah dan biji. Selain itu fosfor juga berfungsi untuk mempercepat pematangan buah, memperkuat batang, untuk perkembangan akar, memperbaiki kualitas tanaman, metabolisme karbohidrat, membentuk nucleoprotein (sebagai penyusun RNA dan DNA) dan menyimpan serta memindahkan energi seperti ATP. Unsur Fosfor juga berfungsi untuk meningkatkan ketahanan tanaman  terhadap penyakit.

Unsur Hara Kalium


Kalium (K) merupakan unsur hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K+. Kalium tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman, maupun dalam xylem dan floem. Kalium banyak terdapat dalam sitoplasma. Kalium  pupuk buatan dan mineral-mineral tanah seperti feldspar, mika dan lain-lain.
Secara umum fungsi Kalium bagi tanaman, antara lain :
  • Membentuk dan mengangkut karbohidrat,
  • Sebagai katalisator dalam pembentukan protein
  • Mengatur kegiatan berbagai unsur mineral
  • Menetralkan reaksi dalam sel terutama dari asam organik
  • Menaikan pertumbuhan jaringan meristem
  • Mengatur pergerakan stomata
  • Memperkuat tegaknya batang sehingga tanaman tidak mudah roboh
  • Mengaktifkan enzim baik langsung maupun tidak langsung
  • Meningkatkan kadar karbohidrat dan gula dalam buah
  • Membuat biji tanaman menjadi lebih berisi dan padat
  • Meningkatkan kualitas buah karena bentuk, kadar, dan warna yang lebih baik
  • Membuat tanaman menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit
  • Membantu perkembangan akar tanaman.
Kekurangan kalium pada tanaman menyebabkan turgor tanaman menjadi berkurang sehingga sel tanaman menjadi lemah.


Pemupukan Tanaman

Pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik langsung maupun tak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman.

Tanaman diberikan pemupukan, jika :
  1. Tanah miskin hara
  2. Pertumbuhan tanaman terhambat walaupun sudah dilakukan penyiangan dan ditemukan gejala kekurangan unsur hara.
  3. Pertumbuhan tanaman perlu dipercepat untuk mengurangi resiko akibat persaingan dengan gulma.
  4. Ingin meningkatkan hasil pertambahan pertumbuhan (riap volume) per satuan luas pada akhir daur.

Jenis pupuk yang biasanya digunakan adalah pupuk yang mengandung unsur hara primer (N, P, K). Namun mungkin saja tanaman juga kekurangan unsur hara lain. Oleh karena ada 3 cara untuk mengetahui tanaman kekurangan unsur hara (deficiency) apa saja, yaitu :
  1. Mengamati gejala-gejala yang muncul dalam pertumbuhan tanaman, apakah normal atau tidak.
  2. Analisis tanah di laboratorium dengan mengambil sample tanah di lapangan
  3. Analisis jaringan tanaman di laboratorium dengan mengambil sample daun tanaman.
Pemupukan dilakukan menjelang atau awal musim hujan. Kalau diperlukan pupuk tambahan pada tahun yang sama, maka dilakukan menjelang akhir musim hujan. Sebelum pemupukan dilakukan, sebaiknya pH tanah diketahui. Jika pH tanah asam, maka perlu diberi kapur kaptan (CaCO3) agar pH tanah naik sehingga pemupukan memberikan respon yang baik pertumbuhan tanaman.
Pada saat tanaman berumur 1-3 bulan, umumnya pemupukan dilakukan. Jika tingkat kesuburan tanah yang diolah makin jelek, maka pemupukan dilakukan lebih awal. Setelah itu diulangi pada umur 6-24 bulan sampai tinggi tanaman melampaui tinggi gulma. Jika perlu dilakukan pemupukan untuk meningkatkan riap volume, maka pemupukan berikutnya diberikan menjelang penjarangan pertama (saat tajuk bersinggungan) untuk pohon yang terpilih (tidak dijarangkan). Kemudian pemupukan berikutnya menjelang penjarangan kedua dan seterusnya sampai batas 5 tahun sebelum ditebang.
Dalam sistem agroforestri terdapat interaksi ekologis dan ekonomis antara komponen-komponen yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan energi matahari, meminimalkan hilangnya unsur hara di dalam sistem, mengoptimalkan efesiensi penggunaan air dan meminimalkan runoff serta erosi. Dengan demikian mempertahankan manfaat-manfaat yang dapat diberikan oleh tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara dengan tanaman pertanian kon- vensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan yang dihasilkan dari lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya.





Menurut Young dalam Suprayogo et al (2003) ada empat keuntungan terhadap tanah yang diperoleh melalui penerapan agroforestri antara lain adalah:

(1) memperbaiki kesuburan tanah,
(2) menekan terjadinya erosi
(3) mencegah perkembangan hama dan penyakit,
(4) menekan populasi gulma.

Peran utama agroforestri dalam mempertahankan kesuburan tanah, antara lain melalui empat mekanisme:

(1) mempertahankan kandungan bahan organik tanah,
(2) mengurangi kehilangan hara ke lapisan tanah bawah,
(3) menambah N dari hasil penambatan N bebas dari udara,
(4) memperbaiki sifat fisik tanah,

Teknik konservasi tanah dan air pada daerah berlereng dilakukan dengan pembuatan terasering atau melakukan penanaman mengikuti garis kontur di dalam lorong dengan menggunakan tanaman penyangga berupa campuran tanaman tahunan (perkebunan, buah-buahan, polong-polongan dan tanaman industri) sayuran dan rumput untuk pakan ternak.

Sistem penamaman agroforestri pada daerah berlereng dapat menggunakan Sistem Sloping Agricultural Land Technology (SALT), suatu bentuk Alley Cropping (tanaman lorong). Sistem SALT diselenggarakan dalam suatu proyek di Mindanao Baptist Rural Life Center Davao Del Sur. Dalam proyek ini, dapat ditunjukkan bahwa cara bercocok tanam dan pengaturan letak tanaman, terutama di daerah berlereng, sangat berperan dalam konservasi tanah dan air, serta produksi hasil pertaniannya. Penggunaan mulsa lamtoro (Leucaena leucocephala) dapat meningkatkan kesuburan tanah dan pendapatan petani, sedangkan bahaya erosi dapat diperkecil. Pendapatan para petani dapat meningkat dua kali setelah mengikuti semua aturan yang ditentukan selama empat tahun.

Pokok-pokok aturan dalam penyelenggaraan SALT adalah sebagai berikut :

1. Penanaman lamtoro dua baris pada tanah yang telah diolah secara baik, dengan antara 0,5 meter. Setelah tingginya 3 - 4 meter dipangkas satu meter di atas tanah. Daun dan ranting lamtoro diletakkan di bawah tanaman tahunan atau areal / lajur tanaman pangan.

2. Jarak barisan tanaman lamtoro 4 - 6 meter, tergantung pada kemiringan lahan.

3. Tanaman keras ditanam bersamaan dengan lamtoro dengan cara cemplongan, jarak 4 - 7 meter.

4. Tanaman pangan dimulai setelah batang lamtoro sebesar jari. Pengolahan tanah untuk tanaman pangan dilakukan pada lajur/ lorong yang berselang-seling dengan lajur tanaman keras atau lajur yang tidak diolah.

Gambar. Sistem penanaman agroforestri pada daerah berlereng

Pustaka :
Anonim, 1992. Agrforestri, Manual Kehutanan, Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta.
De Foresta, H. and G. Michon, 1997. The agroforest alternative to Imperata grasslands: when smallholder agriculture and forestry reach sustainability. Agroforestry Systems. Published by ICRAF, ORSTOM, CIRAD-CP and the Ford Foundation.
Hairiah, K, M. A. Sardjono, dan S. Sabarnurdin, 2003. Pengantar Agroforestri. Indonesia World Agroforestry Centre (ICRAF), Southeast Asia Regional Office. PO Box 161 Bogor, Indonesia
Marsono, Dj 1991. Potensi dan Kondisi Hutan Hujan Tropika Basah di Indonesia. Buletin Instiper Volume.2. No.2. Institut Pertanian STIPER. Yogyakarta.
Michon, G dan H. de Foresta,1993, Peranan Agroforest. Peranan Sistem Agroforest Bagi Dunia Kehutanan dan Pertanian ICRAF and BIOTROP, Bogor,
Suprayogo. D, K Hairiah, N Wijayanto, Sunaryo dan M Noordwijk, 2003, Peran Agroforestri pada Skala Plot: Analisis Komponen Agroforestri sebagai Kunci Keberhasilan atau Kegagalan Pemanfaatan Lahan Indonesia World Agroforestry Centre (ICRAF), Southeast Asia Regional Office. PO Box 161 Bogor, Indonesia
Suryanto, P, Budiadi dan S. Sabarnurdin, 2005. Agroforestry (Bahan Ajar). Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Whitmore, T.C, 1975, Tropical Rain Forests of the Far East , 1st Edition, Oxford University Press, Oxford.

No comments: